Abstract

ABSTRAK



Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Di Indonesia, kejadian balita stunting merupakan masalah gizi utama yang belum tertanggulangi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) sekitar 37,2% anak balita di Indonesia mengalami stunting.1 Untuk Kabupaten Sukabumi prevalensi stunting menurut Riskesdas 2018 adalah 37,1% angka ini termasuk ke dalam 13 kabupaten/kota prioritas intervensi penanganan stunting di Jawa Barat. Sedangkan di Puskesmas Kecamatan Ciambar sendiri, tercatat 187 balita atau 5,6% yang mengalami stunting di tahun 2018.2 Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional denganĀ  ancangan studi case control yang menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah bayi dan balita yang ada di Desa Ciambar kecamatan Ciambar Kabupaten Sukabumi. Besar sampel kasus dan kontrol menggunakan perbandingan 1:2. Jadi total jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 192 yang terdiri dari jumlah sampel kasus 64 dan jumlah sampel kontrol 128. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar Bayi dan Balita yang mengalami stunting pada ibu dengan riwayat tidak hipertensi (54,69%), Ibu dengan tinggi badan <150 cm (57,81%), Ibu yang tidak memiliki status risiko KEK (51,56%) dan dengan ibu yang memilki status anemia (78,12%). Ada pengaruh status Hipertensi DalamĀ  ehamilan (HDK), status anemia, status risiko kurang energi kronis (KEK) dan tinggi badan ibu dengan kejadian stunting bayi dan balita serta yang menjadi variabel dominan pada penelitian ini adalah tinggi badan ibu. Untuk itu diharapakan bagi ibu hamil agar tetap melakukan pemeriksaan sejak hamil sampai dan membawa bayi hingg balitanya ke Posyandu agar terpantau pertumbuhan dan perkembangannya.